10 Jan 2013

Aplikasi Matematika dalam Agama Islam

Matematika sering dipandang sebagai bahasa atau alat yang akurat untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial, ekonomi, fisika, kimia dan teknik. Sebagai bahasa atau alat matematika melayani ilmu-ilmu lain, peran inilah yang digunakan sebagai alasan orang menyebut matematika dengan julukan queen of science (ratunya ilmu). Keine (1973) salah seorang ahli matematika menyatakan bahwa ”Matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam” (Keine dalam Ismail, 2004: 1,3).

Dari pendapat Keine dapat dikatakan bahwa matematika dapat dirasakan manfaatnya jika diterapkan pada ilmu lainnya. Matematika tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial, ekonomi, kimia dan teknik seperti yang disebutkan di atas, tetapi juga dapat dikaitkan dengan permasalahan dalam ilmu agama. Permasalahan yang dimaksud disini adalah hubungan antara lawan jenis dalam agama Islam.

Dalam matematika kita mengenal istilah limit yang artinya adalah mendekati, jika dikatakan limx→o (dibaca limit x mendekati 0) artinya x akan selalu mendekati nol tapi tidak akan pernah sama dengan nol. Dan begitu juga yang diajarkan agama Islam dalam berinteraksi dengan lawan jenis, kita boleh berteman dengan lawan jenis tapi tetap ada bingkai-bingkai yang membatasi dan tidak akan saling bersentuhan seperti limit dalam matematika. Sebagaimana hadits Rasul SAW

َلأَنَّ يُطْعَن فِيْ رَأْسِ أَحَـدِكـُمْ بـِمَخـِيْطِ مِِنْ حَدِيْدٍ خَيْرَ لَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمِسُّ امْرَأَةَ لاَ تَـَـحِلُّ لَهُ.

Artinya : “Dari Ma’qil bin Yasar dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya ditusuknya kepala salah seorang diantara kamu dengan jarum besi itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”(HR. Thabrani dan Baihaqi)

Pada saat sekarang ini jabat tangan antara laki-laki dan perempuan sudah menjadi tradisi dan hal yang lumrah dikalangan masyarakat, kebiasaan inilah yang sebenarnya mengalahkan akhlak Islami yang seharusnya kita junjung tinggi, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasul SAW dalam haditsnya

إنّـِـيْ لا َأمَسُّ أيـْدِيَ النّـِـسَاءَِ.

Artinya : “aku tidak menyentuh tangan wanita (HR. Thabrani)
Dalam hadits lain dikatakan

وَلاَ وَاللهِ، مَا مَسَتْ يَدُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسَلَمْ يَدَ امْرَأةِ قَـَطْ غَيْرَ أَنـَّهُ يُبَايِعُهُنَّ بِا لـْـكـَلاَمِ.

Artinya : Dari Aisyah RA berkata, “dan demi Allah sungguh tangan rasulullah SAW (tidak pernah) menyentuh tangan perempuan sama sekali, tetapi beliau membai’at mereka dengan perkataan” (HR. Muslim)

Hal ini menunjukkan Rasullah yang paling layak untuk dijadikan sebagai idola dan “trend center” dikalangan masyarakat, karena tujuan diutusnya rasul ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar