Matematika sering dipandang sebagai bahasa atau alat
yang akurat untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial, ekonomi, fisika,
kimia dan teknik. Sebagai bahasa atau alat matematika melayani
ilmu-ilmu lain, peran inilah yang digunakan sebagai alasan orang
menyebut matematika dengan julukan queen of science (ratunya
ilmu). Keine (1973) salah seorang ahli matematika menyatakan bahwa
”Matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam”
(Keine dalam Ismail, 2004: 1,3).
Dari pendapat Keine dapat dikatakan
bahwa matematika dapat dirasakan manfaatnya jika diterapkan pada ilmu
lainnya. Matematika tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah sosial, ekonomi, kimia dan teknik seperti yang
disebutkan di atas, tetapi juga dapat dikaitkan dengan permasalahan
dalam ilmu agama. Permasalahan yang dimaksud disini adalah hubungan
antara lawan jenis dalam agama Islam.
Dalam matematika kita mengenal istilah limit yang artinya adalah mendekati, jika dikatakan limx→o (dibaca limit x mendekati 0) artinya
x akan selalu mendekati nol tapi tidak akan pernah sama dengan nol. Dan
begitu juga yang diajarkan agama Islam dalam berinteraksi dengan lawan
jenis, kita boleh berteman dengan lawan jenis tapi tetap ada
bingkai-bingkai yang membatasi dan tidak akan saling bersentuhan seperti
limit dalam matematika. Sebagaimana hadits Rasul SAW
َلأَنَّ يُطْعَن فِيْ رَأْسِ
أَحَـدِكـُمْ بـِمَخـِيْطِ مِِنْ حَدِيْدٍ خَيْرَ لَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ
أَنْ يَمِسُّ امْرَأَةَ لاَ تَـَـحِلُّ لَهُ.
Artinya : “Dari Ma’qil bin Yasar
dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya ditusuknya kepala salah
seorang diantara kamu dengan jarum besi itu lebih baik daripada ia
menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”(HR. Thabrani dan Baihaqi)
Pada saat sekarang ini jabat tangan
antara laki-laki dan perempuan sudah menjadi tradisi dan hal yang lumrah
dikalangan masyarakat, kebiasaan inilah yang sebenarnya mengalahkan
akhlak Islami yang seharusnya kita junjung tinggi, sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rasul SAW dalam haditsnya
إنّـِـيْ لا َأمَسُّ أيـْدِيَ النّـِـسَاءَِ.
Artinya : “aku tidak menyentuh tangan wanita (HR. Thabrani)
Dalam hadits lain dikatakan
وَلاَ وَاللهِ، مَا مَسَتْ يَدُ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسَلَمْ يَدَ امْرَأةِ قَـَطْ غَيْرَ
أَنـَّهُ يُبَايِعُهُنَّ بِا لـْـكـَلاَمِ.
Artinya : Dari Aisyah RA
berkata, “dan demi Allah sungguh tangan rasulullah SAW (tidak pernah)
menyentuh tangan perempuan sama sekali, tetapi beliau membai’at mereka
dengan perkataan” (HR. Muslim)
Hal ini menunjukkan Rasullah yang paling
layak untuk dijadikan sebagai idola dan “trend center” dikalangan
masyarakat, karena tujuan diutusnya rasul ke muka bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia.